psikiater
atau psikolog menderita gangguan jiwa berat.
Dalam
pengalaman sehari-hari sebagai terapis, masih banyak klien yang belum paham
beda Psikolog, Psikiater dan Konselor. Sebagai konselor tak jarang klien
memanggil saya dokter. Padahal saya bukan dokter, tapi Konselor. Orang mengira psikiater
hanya memberi obat padahal bukan. Mereka juga punya kemampuan memberikan terapi
atau konsultasi.
Secara umum ketiganya sama-sama memberikan
konsultasi atau bimbingan untuk masalah tertentu. Namun ada perbedaan mendasar
dari ketiganya yang perlu kita pahami. Artikel ini akan mengulas fungsi dan perbedaan
tugas dari ketiganya.
a.
Psikiater
Seorang
psikiater adalah dokter yang sudah mengambil spesialis kedokteran jiwa. Gelar
mereka biasanya ditulis dr. Nama, SpKJ. Contoh, dokter Andri SpKj yang juga kompasianer,
dibelakang namanya ada SpKj. Singkatan: Spesialis Kedokteran Jiwa.Setelah lulus
sarjana kedokteran (dokter Umum) seseorang yang hendak menjadi psikiater harus
mengambil keahlian bidang psikiatri sekitar lima tahun. Baru layak menyandang
gelar spesialisasi Psikiater.
Psikiater bertugas
memberikan konsultasi seputar kesehatan jiwa. Sebab mereka dilengkapi dengan
pelbagai kemampuan baik konseling dan psikoterapi. Mereka belajar keahlian ini (dihitung
dari S1) selama sepuluh tahun, bahkan bisa lebih.Disamping itu psikiater berhak
memberikan (resep) obat kepada pasien atau klien. Psikolog dan konselor sama
sekali tidak berhak mengeluarkan resep. Psikiater masing-masing juga melengkapi
dengan keahlian khusus sesudah tamat dari spesialisasi, baik di dalam hingga ke
luar negri. Sayangnya jumlah Psikiater di Indonesia masih minim alias kurang
memadai, yakni hanya sekitar 600 Orang. Banyak daerah kabupaten yang belum
memiliki psikiater.
b.
Psikolog
Psikolog
adalah gelar profesi yang diberikan kepada seseorang yang sudah lulus sarjana
Psikologi. Biasanya setelah lulus S1 Psikologi perlu waktu satu setengah tahun
hingga dua tahun menyelesaikan gelar profesi Psikolog.Gelar mereka adalah Nama,
M.Psi, Psikolog. Namun setelah tahun setelah tahun 1992, lulusan S1 yang studi
selama 4-5 tahun ( Sarjana Psikologi) melanjutkan ke S2 Program profesi dan
baru disebut dengan Psikolog. Lamanya sekitar 2 tahun.
Seorang
psikolog ada yang bekerja atau praktek sebagai psikologi klinis di rumah sakit.
Selain itu ada psikolog dengan spesialisasi psikologi industri dan organisasi
dan psikologi pendidikan. Psikolog industri dan organisasi biasanya bekerja di
bagian Human Resources and Development (HRD). Sedangkan Psikolog pendidikan
berkecimpung di dunia pendidikan, seperti konselor di sekolah Psikolog
biasanya menggunakan pendekatan sosial dari permasalahan kejiwaan.
Mereka
mempelajari aspek sosial dari individu tersebut, seperti keluarga, norma
masyarakat dan agama. Dalam menentukan diagnosa dan penyebab, mereka akan
melakukan wawancara dengan klien dan keluarganya. Kalau psikiater memberikan
obat atau medikasi medis, maka psikolog menggunakan pendekatan konseling
intervensi, terapi tertentu hingga alat tes.Untuk membantu diagnosa, psikolog
terkadang menggunakan bantuan tes-tes psikologi. Fungsinya untuk membantu
psikolog dalam menentukan diagnosa. Untuk menyembuhkan atau menghilangkan
permasalahan kejiwaan, psikolog menggunakan terapi konseling dan intervensi.
Jenis tes itu antara lain tes IQ, minat, bakat, karir, tes kepribadian, dll.
c.
Konselor
Sekolah konselor ada
dua. Di dunia pendidikan umum di kenal dengan jurusan BK, bimbingan Konseling.
Sudah ada program sertifikasi BK dengan lembaga bernama ABKIN, Asosiasi
Bimbingan Konseling Indonesia.
Umumnya mereka bekerja sebagai konselor di sekolah, TK hingga SMU. Banyak
sekolah yang baik menyediakan guru BK bagi siswanya.Ada juga lulus sebagai
konselor dari Sekolah Tinggi Teologi (STT) keagamaan (yang penulis tahu hanya
di lingkungan Kristen). Jurusan ini dikenal dengan Konseling Pastoral. Di
jurusan Master bidang konseling ini dipelajari teologi, psikologi dan ilmu
konseling. Syarat mengambil jurusan tersebut harus sudah S1 umum atau S1
Teologi. Lamanya adalah sekitar 2-4tahun. Lulusan
konselor pastoral ini biasa bekerja di lembaga keagamaan seperti gereja,
konselor di sekolah atau yayasan konseling. Pendekatan konselingnya menggunakan
pendekataan keagamaan. Psikolog atau psikiater biasanya lebih bersifat umum,
meski ada juga yang memakai pendekatan integratif biopsikospiritual. Di negara
kita Sebagian orang masih belum merasa nyaman bertemu dengan psikiater atau
Psikolog (karena stigma negatif tertentu). Karena itu mereka merasa lebih
nyaman bertemu konselor. Selain konsultasi, Kadang mereka butuh didoakan atau
dibacakan kitab suci. Selain itu biaya konseling di lembaga sosial ini jauh
lebih terjangkau dibandingkan dengan psikolog atau ke dokter (psikiater).
d.
Kerja
Sama dan Rujukan
Baik psikiater maupun psikolog memiliki
hubungan yang erat dan saling bekerja sama. Karena masalah kejiwaan manusia
tidak disebabkan oleh satu faktor saja tapi multi faktor yang saling
mempengaruhi. Itu sebabnya mereka biasanya saling memerlukan agar permasalahan
klien bisa diselesaikan secara menyeluruh.Misalnya gangguan skizofrenia atau
depresi merupakan keahlian psikiater karena keduanya penyebab utamanya adalah
faktor biologis dan perlu penanganan biologis. Sedangkan permasalahan sosial
seperti keluarga dibantu proses konseling oleh seorang Psikolog atau Konselor.
Jika
Anda pergi ke Psikiater dia akan merujuk Anda ke psikolog atau konselor jika ia
merasa Anda memerlukan bantuan terapi yang sifatnya jangka panjang. Sebab obat
sering hanya untuk jangka waktu tertentu saja, tetapi konsultasi bisa lebih
panjang. Sebagai konselor kami bekerjasama dengan psikolog dan psikiater. Jika
klien butuh psikotes, konselor merujuk klien ke seorang Psikolog. Termasuk
konsultasi atau intervensi lanjutan dengan keahlian terapi khusus oleh
Psikolog. Jika klien dianggap membutuh obat karena ada halusinasi, gangguan
tidur dsb, biasanya direfer ke seorang Psikiater.Sebab klien dengan kasus
depresi berat tidak bisa dikonseling. Dia harus minum obat terlebih dahulu.
Jika sudah tenang dan bisa berkomunikasi baik, baru bertemu dengan konselor
atau Psikolog.
Sumber :
@BangJulianto